PONGGOK, dulu hanyalah sebuah desa kecil di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Tahun 2002, desa ini menjadi kontroversi lantaran pengelolaan salah satu umbul yang ada diserahkan kepada swasta, pemilik bisnis air bermerek paling terkenal di negeri ini.
Tapi saat ini, desa seluas sekitar 77 hektare itu menjadi sangat terkenal. Keberadaan sejumlah umbul yang dikelola Pemerintah Desa dan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) tersebut mampu menjadikan Ponggok sebagai salah satu desa wisata, bahkan menjadi salah satu daerah tujuan wisata nasional.
Salah satu kolam air tawar yang ada, menawarkan pesona keindahan mata airnya. Di kolam yang cukup besar sedalam 2 meter itu, pengunjung bisa menyelam di air tawar (diving dan snorkeling) ditemani ribuan ikan warna warni. Setiap hari, tak kurang dari seribu orang datang ke lokasi. Saat peak season liburan, jumlahnya bahkan mencapai lebih dari 5 ribu orang per hari!
Dengan harga tiket masuk Rp 8 ribu per orang, bisa ditaksir sendiri berapa pemasukan yang diperoleh. Jumlah itu belum termasuk hasil dari persewaan peralatan diving, snorkeling dan lainnya. Sekretaris Desa Ponggok, Yani Setiadi Ssos mengungkapkan, taman wisata air Ponggok mampu memasok pendapatan hingga Rp 5 miliar lebih per tahun.
Dengan pendapatan yang cukup besar itu, tak heran bila Ponggok menjadi salah satu Desa Mandiri. Desa dengan 636 KK itu mampu mengasuransikan seluruh warganya. ‘’Desa yang membayarkan seluruh premi asuransi BPJS bagi warga. Jadi kesehatan warga sudah tidak lagi masalah.’’
Desa juga mengalokasikan bantuan operasional Rp 50 juta di enam RW yang ada. Bumdes yang sudah besar itu juga memiliki beragam unit usaha, di antaranya koperasi simpan pinjam (KSP), uni trental mobil, kuliner, perikanan, persawahan dan Teknologi Informatika.
‘’Jangan sampai aset desa ini hanya dinikmati segelintir orang. Sumber daya alam ini milik bersama, seharusnya bisa digunakan untuk kemakmuran bersama.’’
Kini, Ponggok juga menjadi tempat jujugan kelurahan atau pemerintah desa lain di seluruh Indonesia. Hampir setiap hari, selalu saja ada yang datang melakukan studi banding.
Beasiswa
Pemerintah Desa Ponggok juga sangat peduli akan pendidikan warganya. Sejak tahun 2014, mahasiswa asal Ponggok berhak mendapatkan beasiswa Rp 300 ribu per bulan untuk membantu biaya kuliah. Sedikitnya terdapat 57 mahasiswa yang sudah menikmati beasiswa.
‘’Kami sadar sepenuhnya, hanya dengan pendidikanlah nasib suatu bangsa akan berubah menjadi lebih baik. Mahasiswa adalah aset produktif, kami bertanggung jawab untuk memajukan desa ini agar tidak terlena dengan nikmat Tuhan yang sudah dianugerahkan ini.’’
Diakui, keberadaan PT Tirta Investama mampu menyerap tenaga kerja setempat hingga 90 persen. Praktis tidak ada lagi warga yang menganggur selepas lulus SMA, lantaran begitu mudah mendapatkan pekerjaan di perusahaan pengolahan air minum kemasan itu.
Namun hal itu memunculkan kekhawatiran, lantaran banyak remaja yang memilih langsung bekerja ketimbang bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
‘’Justru dari situ membuat kami sadar pentingnya pendidikan yang tinggi. Kami tidak bisa hanya berpuas diri melihat anak-anak muda hanya menjadi buruh pabrik, meski gajinya bisa dibilang cukup.’’
Di bawah kepemimpinan Lurah Junaidi Mulyono, Pemdes mencanangkan Program Satu Rumah Satu Mahasiswa. Diharapkan akan muncul putra asli daerah dengan keahlian yang memadai, sehingga aset desa akan semakin berkembang baik dan besar.
Melebihi Jogja Bay
Saat ini, pengembangan Ponggok terus dilakukan. Dengan luas tanah kas desa lebih dari 7 hektare, Pemdes setempat mengklaim bakal lebih bagus dibanding taman rekreasi air di Yogyakarta, Jogya Bay.
Sedikitnya Rp 16 miliar sudah disiapkan tahun ini untuk membangun sejumlah wahana air. Tak hanya untuk rekreasi, Ponggok nantinya akan dikembangkan menjadi wisata edukasi bagi pelajar maupun mahasiswa, kuliner warung apung dan sejumlah wahana lainnya.
Pengembangan ini juga melibatkan warga sebagai pemegang saham, masing-masing Rp 5 juta per KK yang difasilitasi bank milik pemerintah. (Anie R Rosyidah-)