sofa

SUSAH berkumpul bersama keluarga? Inilah yang sering dialami pasangan muda saat ini. Karena kesibukan yang bejibun, masing-masing sibuk dengan urusan sendiri. Sejak bangun tidur hingga bersiap untuk tidur, terkadang antar anggota keluarga tidak sempat bertemu.

Sang ayah baru sadar ketika hendak sarapan tidak mendapati anaknya di meja makan. Lho kok bisa? ‘’Ada jam ke nol, Yah. Tadi sudah sarapan duluan,’’ begitu sang ibu menjawab keingintahuan ayah.

Apakah kita juga mengalami hal serupa? Tidak sempat bertatap muka dengan anak, bahkan sekadar menanyakan bagaimana sekolahmu hari ini? Sungguh memprihatinkan.

Alloh Ta’ala memberikan waktu 24 jam sehari. Tidak kurang, tidak lebih. Sama setiap orang, dengan porsi yang sama. Hanya pemanfaatannya yang berbeda-beda. Ada yang merasa 24 jam masih kurang, lantaran padatnya amanah atau urusan yang dimiliki. Tapi apa iya sih, kita tidak punya waktu sedikitpun untuk sekadar menyediakan waktu berkumpul bersama keluarga dalam sehari? Kecuali kalau memang terpaksa LDR (long distance relationship) tentu lain lagi ceritanya.

Berkumpul bersama di waktu tertentu atau kita sebut istilah family time, terbukti mampu mengakrabkan semua anggota keluarga.  Sering berkumpul dengan keluarga terbukti bisa meningkatkan kebahagiaan, karena mampu menghilangkan stress, sharing  dan terbuka antar anggota keluarga. Anak merasa mendapati solusi ketika berkumpul dengan orang tua, sehingga tidak menyimpan rapat masalahnya.

Family time juga mampu menjadi ajang untuk mengajarkan sesuatu kepada anak, sopan santun dan akhlakul karimah. Juga sebagai bukti untuk menunjukkan perhatian kepada anak sekaligus bisa mengetahui perubahan pada anak dari waktu ke waktu.

Orang tua tidak hanya memiliki tanggung jawab memenuhi kebutuhan anak. Lebih dari itu, mendidik dan mengarahkannya sangat penting agar kelak bisa berkumpul di surga Alloh. ‘’Dan orang-orang yang beriman serta anak cucu mereka yang mengikutinya dalam keimanan, kami akan kumpulkan (di surga) bersama anak cucu mereka’’ (QS At Thur: 21)

Namun ingatlah hadits Rasulullah SAW, ‘’Nanti di hari kiamat, seseorang suami diseret ke tengah-tengah Padang Mahsyar. Bergelayutan istri dan anak-anaknya di lengan kanan dan kirinya. Ketika dihisab, ternyata sang suami bisa masuk surga, lantaran amalnya cukup. Sementara sang istri dan anak-anaknya dinyatakan masuk neraka lantaran amalnya kurang saat di dunia. Lalu sang istri berkata, “Ya Alloh, demi keadilan Engkau. Saya dinafkahi dan diberi harta. Tapi saya tidak diajari Islam yang saya tidak mengerti. Ambil hak kami dari ayah kami ini,’’ ujar anak-anaknya. Akhirnya, semua keluarga itu dimasukkan ke dalam neraka. Na’udzubillah.

Prime Time

Kalau memang kesibukan kita sangat padat, bisa kita review jadwal sehari-hari. Tentu ada satu waktu utama (prime time) yang kita jadikan patokan berkumpul dengan keluarga. Ada keluarga yang memilih waktu sore hari selepas sholat maghrib. Pada jam itu, orang tua dan semua anak harus sudah siap berkumpul di meja makan.

Sekitar 45 menit, hingga adzan isya, orang tua mampu mengontrol dan mengetahui kondisi anak-anak. Bahagia, tentu saja. Karena semua rasa bisa dibagi di tempat itu.

Pagi hari, juga bisa menjadi pilihan waktu yang justru sangat efektif menjadi prime time keluarga. Menjelang subuh, suami istri dan anak-anak bisa saling membangunkan. Dengan catatan, tidur malam tepat waktu dan tidak diberlakukan jam begadang.

Bagi anak-anak, bukan sesuatu yang berat bila sudah dikondisikan sejak awal. ‘’Besok pagi kita subuhan di masjid ya, biar Alloh memberkahi urusan kita sampai seharian. Nanti kita sekeluarga juga bisa dikumpulkan di surga kalau shalat berjamah di masjid,’’ pesan yang indah untuk seorang anak yang hatinya mudah disentuh kebaikan.

Usai shalat malam, lanjutkan dengan shalat subuh berjamaah di masjid. Sungguh setiap hari bisa menjadi hari raya, dengan pakaian rapi berjalan bersama menuju masjid. Rasulullah memerintahkan setiap lelaki pergi ke masjid, tapi tidak melarang perempuan juga ikut shalat di masjid.

Bisa dilanjutkan dengan mengaji, melanjutkan belajar bagi anak-anak dan ibu menyiapkan sarapan. Dan, inilah prime time sesungguhnya, karena pagi yang dimulai dengan tidak terburu-buru, menjadikan segala urusan sepanjang hari barokah.

Mari, jadikan keluarga sebagai ladang mendapatkan pahala dan beramal sholeh. Sehingga nanti bisa dikumpulkan di surga dalam keadaan beriman dan bertakwa kepada Alloh. Aamin. (Anie R Rosyidah)