Yunus Abdurrahman, 44 tahun, warga Malang Jatim, membagikan tips bisa berhaji dengan naik sepeda pancal. Setidaknya ada empat modal utama yang dibutuhkan saat dia berhaji dengan naik sepeda untuk pada tahun 2022 lalu.
‘’Perlu 4 N, yakni niat, nabung, nangis dan nekad,’’ kata di hadapan seratusan santri yatim Pondok Pesantren Aitam Indonesia 2, Ngawen Klaten dan warga sekitar di Pondok setempat, Sabtu (10/8) malam.
Hanya dengan membawa uang saku 300 ribu, dia bisa sampai ke Tanah Suci. Sulit dipercaya memang, mengingat perjalanannya ke Makkah harus melewati 11 negara dan membutuhkan waktu 8 bulan.
Niat berhaji, sudah dia tanamkan dalam dirinya sejak kelas 3 SD. Yunus kecil, saat itu berazzam harus mampu berhaji sebelum usia 30 tahun. Mulailah Yunus kecil menabung. Gajinya sebagai guru agama dia kumpulkan untuk mewujudkan pergi ke Tanah Suci.
‘’Di satu titik, saya merenung. kalau terus menjadi guru tidak akan cukup untuk mendaftar haji. Lalu, saya mencoba jualan soto, mie ayam, terus menerus berganti karena tidak laku. AKhirnya ganti julana bakso, dua tahun galaku juga.’’
Hampir setiap tahun, terutama menjelang musim haji, Yunus berpamitan dengan sang istri bahwa akan segera berhaji. Kalimat, besok aku naik haji lo, acap disampaikan kepada istri, hingga seperti guyonan biasa. HIngga akhirnya, sang istri menangis begitu dirinya mengutarakan keinginannya akan menggunakan sepeda sehari sebelum memulai perjalanannya menuju Makkah.
Pada 7 Juli 2022, dia memulai perjalanannya. Tentunya sudah lebih dahulu mempelajari bagaimana mendapatkan visa di sejumlah negara yang dilakui sekeluarnya dari negara anggota ASEAN, yang notabene bebas visa.
Perjalanannya menuju Makkah, dia bagikan melalui akun media sosial miliknya, baik twitter maupun tiktok. Dia berhasil merekam dan membagikan rute perjalanan panjangnya melewati 11 negara, yakni melewati Malaysia, Thailand, Myanmar, Bangladesh, India, Pakistan, Iran, Oman, Uni Emirat dan berakhir di Makkah.
Banyak kejadian ajaib selama dia menempuh perjalanan haji. Bahkan uang saku Rp 300 ribu yang dia bawanya sejak berangkat sama sekali tidak berkurang. Saat melewati Jateng, banyak warga yang simpati. Yunus diberi makan minum, begitu tersiar kabar akan ke Makkah dengan bersepeda.
‘’Di Kudus, saat ngopi bareng tiga Gus, saya bahkan dikasih uang saku. Saya ingat saat itu Gus Ipul memberi salam tempel Rp 500 ribu. Lalu ada lagi yang Rp 300 ribu dan satunya Rp 200 ribu. Ketiganya mengatakan Mas, doakan aku besok ngopi bareng di Makkah.’’
Dan perkataan itu benar adanya. Saat Musim Haji 2022, keempat orang tersebut benar-benar berkumpul di Makkah. ‘’Maashaa Alloh, betapa mustajabnya doa orang yang sedang bersafar, apalagi menuju Makkah. Saya bener-benar ngopi bareng Gus Ipul dan dua teman dari Kudus di Zama-Zam Tower Makkah.’’
Sang istripun kaget bukan kepalang manakala menerima kiriman uang Dari sang suami. ‘’Lho, katanya selama berhaji ga bisa kirim uang, kok bisa? Alhamdulillah banyak warga yang bersimpati dan memberikan uang sebagai bekal,’’ aku Yunus kepada sang istri.
Terkendala aturan, Yunus tidak membawa serta sepedanya saat memasuki Oman. Sepeda seharga Rp 3 juta itu harus ditinggal di Karachi, Pakistan. ‘’Soalnya harus dikirim pake kargo. Biayanya sangat mahal. Akhirnya terpaksa perjalanan saya lanjutkan tanpa sepeda.’’
Saat berada di Oman, dia tidak sendiri. Dia ditemani seseorang yang juga ingin berhaji dengan jalur darat. Saat perjalanan darat pun, dia mengalami kejadian yang sulit diterima akal. Di tengah capek yang luar biasa, di hamparan padang pasir, dia menginginkan semangka. Tak lama kemudian, semangka itu hadir melalui pertolongan warga yang takjub akan kegigihannya berjalan kaki ke Makkah.
‘’Saya merasakan benar di setiap perjalanan, senantiasa dimudahkan. Rezeki berdatangan dari arah yang tidak disangka-sangka. Maashaa Alloh. Alloh mendengar doa hambaNya.’’
Meski tidak bisa membawa sepedanya ke Tanah Suci, Yunus tetap bersyukur. Sepanjang perjalanannya naik sepeda, hingga akhirnya harus dilanjutkan dengan berjalan kaki, dia merasakan nikmat Alloh tidak pernah putus.
‘’Ini yang perlu dibedakan. Beribadah haji dengan naik sepeda atau beribadah haji dengan membawa sepeda. Saya meyakini, Alloh menghindarkan diri saya dari riya bilamana sepeda berhasil saya bawa ke Makkah. Alhamdulillah, saya merasakan nikmat yang luar biasa dari perjalanan saya ini.’’
Dia berharap kisahnya mampu menjadikan inspirasi bagi umatg muslim yang terkendala biaya dan lamanya waktu antrean untuk pergi berhaji. ‘’Alloh pengen menguji kita, bener ga pengen ke Makkah. Bukan dengan uang yang langsung makglethek. Tapi dengan waktu dan kesehatan yang diberikan kepada kita. Itulah modal utama berhaji.’’
Semoga kisah Yunus Abdurrahman bisa menginspirasi kita semua. (Anie Ummu Fatih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *