Lingkungan rumah yang baik dan supportif menjadi solusi permasalahan keharmonisan keluarga modern saat ini, di mana setiap anggota keluarga didapati sibuk dengan handphone dan gadjet atau bahkan laptop masing-masing. Pakar parenting dan psikolog dari Yogyakarta, Muhammad Fauzil Adhim menjelaskan, albiah assholihah wal muslihah, akan mampu mengokohkan keharmonisan hubungan dalam sebuah keluarga.
Baik itu hubungan antara suami dan istri, juga hubungan antara anak dan orang tua, serta antaranak sendiri akan semakin harmonis manakala rumah menjadi tempat yang nyaman dan saling menguatkan. Salah satunya dengan maraknya diskusi atau mukhawaroh yang sehat sering dilakukan antaranggota keluarga.
‘’Yang akan mengokohkan itu terjadinya ngobrol atau debat yang sehat. Yang bikin gayeng sebuah keluarga itu adalah adanya percakapan yang menyenangkan ketika berada di rumah,’’ katanya saat acara Gathering dengan Donatur Aitam yang digelar di Warung Makan Bebek Pak Ndut di Jl Slamet Riyadi Kartasura, Sabtu 10/8.
Guyon antarsuami istri juga dengan anggota keluarga lainnya menjadi penting untuk menjaga keharmonisan. Tidak mungkin tercipta biah sholihah bila manusia di dalamnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sehingga butuh bantuan, dukungan dan Kerjasama antaranggota keluarga. ‘’Intinya, kalau pengen jadi bidadari di rumah, diajak omong itu penak.’’
Alumnus Psikologi UGM itu mengingatkan agar umat muslim waspada dan bijak menggunakan teknologi informasi. Handphone memang sangat bermanfaat, namun di sisi lain bisa lebih tajam dari pisau.
‘’Yang masalah itu bukan apa yang kita pegang. Kesibukan itu bisa diperintahkan. Karena itu, minta pertolongan kepada Alloh. Kita harus bertawakal setiap memulai pekerjaan. Bukankah setiap kita keluar rumah harus dimulai dengan tawakkal sebagaimana doa yang diucapkan. Jadi tawakkal itu tidak hanya dilakukan setelah berusaha.’’
Di sisi lain, dia mengingatkan agar tidak terjebak kemudahan mendapatkan informasi. ‘’Mencari ilmu itu sulit, sekarang ini yang mudah adalah jaring informasi. Kita harus berhati-hati.’’
Kemudahan mencari informasi, di google misalnya, bisa membuat pemikiran seseorang yang tidak kokoh menjadi berantakan lantaran banyak pendapat yang saling bertentangan.
Mengutip nasihat Ali bin Abi Thalib, ada tiga jenis manusia, yakni alim robbani, muta’allim dan wahamaj. Dua jenis yang pertama, tidak menimbulkan masalah. Keduanya menuntut ilmu dengan jalan keselamatan. Namun jenis yang ketiga, wahamaj atau orang awam akan membahayakan.
Wahamaj adalah orang yang mengikuti apa-apa yang sedang viral, trending topik atau apapun yang sedang tenar. ‘’Orang seperti ini ngajinya tidak pernah tuntas. Dia akan mudah bergonta ganti karena selalu ikut kemana arah angin bertiup.’’ (Anie Ummu Fatih)