Sekarang ini mulai banyak muncul para penghafal Qur’an di Indonesia, atau biasa disebut hufadz. Hal ini patut kita apresiasi karena tak banyak orang yang mampu menghapalkan keseluruhan kita suci umat muslim tersebut. Beberapa waktu lalu, masyarakat Indonesia dibuat bangga oleh hafidz cilik bernama Musa yang berhasil meraih juara tiga Musabaqah Hifzil Qur’an Internasional kategori 30 juz untuk anak-anak. Masyarakat muslim sontak takjub dengan kepiawaian bocah berusia 8 tahun tersebut.
Namun tak hanya Musa yang punya kepiawaian dalam menghapal qur’an. Contohnya para hafidz yang diundang untuk menghadiri kegiatan Ngaji Bareng Hufadz dan Buka Bersama Yatim, Sabtu (18/6) di Masjid An-Nur Baturan, Colomadu, Karanganyar. Ada enam hufadz yang dihadirkan dalam kegiatan ramadhan yang digelar oleh Yayasan Aitam Indonesia ini. Sekitar 100 orang peserta yang hadir dalam acara tersebut berkesempatan berinteraksi, sharing, dan mengaji Al-Qu’ran bersama 6 orang hafidz dan hafidzah yang hadir sore itu.
“Acara ini di adakan dengan tujuan mengajak anak-anak dan masyarakat untuk mengapresiasi para hufadz. Sekaligus memotivasi masyarakat agar senantiasa mencintai Qur’an. Lebih-lebih kalau mereka malah semangat menghapalkan qur’an,” ujar Dewan Pembina Yayasan Aitam Muhammad Makmur.
Enam hufadz itu ialah Ust. Rudi Hartanto dari rumah Qur’an Haramain, Ust. Ayub A. dari Pondok Pesantren Aitam, Ust. Muh. Danil pengajar di SD IT Al-Ihsan, Fajar Abdurokhim siswa SD IT Al-Ihsan, Ustdz. Siti Solichatin Pengasuh Pondok Tahfidz Qur’an Permata Qur’an, dan Kanza Amalina siswi SMP Baitul Qur’an. Setiap hafidz dan hafidzah memiliki kisah masing-masing dalam perjalanannya menghafal Al-Qur’an karena masing-masing memiliki latar belakang dan usia menghafal yang tak sama.
Diantara keenam hafidz yang diundang tersebut, salah satu yang menarik perhatian adalah adanya remaja 16 tahun, yaitu Kanza Amalina yang ternyata berhasil mengahapalkan 29 juz hanya dalam waktu enam bulan. Kanza begitu sapaan akrabnya, sebelumnya telah menamatkan hafalan juz 30 di masa sekolah dasar. Setelah itu ia melanjutkan ke SMP Baitul Qur’an Sragen dan mengikuti program super manzil. Berkat ketekunannya, remaja putri pasangan Bapak Fatkul dan Ibu Sri Hastuti berhasil menyelesaikan hafalan Qur’annya di bulan ke enam.
“Motivasi saya menghafal Al-Qur’an adalah untuk membanggakan kedua orang tua saya. Memberikan jubah dan mahkota terindah untuk orang tua.”, tutur santri teladan tingkat SMP Baitul Qur’an ini.
Yang tak kalah fenomenal adalah Fajar Abdulrokhim Wahyudiono siswa SD IT Al-Ihsan yang tahun lalu mendapat undangan naik haji gratis oleh Kerajaan Saudi Arabia bersama kedua orang tua dan salah satu gurunya. Fajar terlahir dengan usia kandungan premature, 7,5 bulan 13 tahun lalu sehingga harus dirawat intensif di incubator. Selama sebulan dirawat, sang ayah dan bunda menitipkan kaset murotal ke perawat yang sedang jaga. Begitupun setelah pulang, Fajar hampir 24 jam tak pernah lepas dari mendengarkan murotal.
Selain perkembangan motoriknya terlambat, Fajar juga belum lancar berbicara kala itu, namun saat berumur dua tahun, Fajar sudah mampu menirukan akhir ayat yang diperdengarkan. Lalu pada usia tiga tahun ikut menirukan awal ayat. Dan saat berusia 4,5 tahun Fajar sudah hafal 90 persen dari Al-Qur’an meskipun belum runtut.
“Sejak kecil di dengarkan murottal.”, jawab Fajar singkat saat dikonfirmasi Ust. Rudi tentang bagaimana caranya ia menghafal Al-Qur’an.
Sharing bersama huffadz berlangsung semakin menarik saat masing-masing hafidz dan hafidzah menceritakan kisahnya dalam menghafal Al-Qur’an, dan berbagai keberkahan yang di dapatkan, ada yang mendapat rejeki yang tidak disangka-sangka, Haji dan umroh gratis, hingga mendapatkan perlakuan istimewa dari berbagai kalangan. Acara kemudian dilanjutkan dengan pemberian hadiah dan kenang-kenangan kepada para hafidz dan hafidzah, kemudian di tutup dengan buka puasa bersama anak-anak yatim binaan Yayasan Aitam Indonesia. Barakallahu fiikum.