Seringkali dalam kehidupan kita menyebut dua hal sifat menusia ini. Dan seringkali pula kita tidak mampu membedakan keduanya. Lupa dan lalai adalah dua hal yang memang mirip tetapi sebenarnya berbeda, karena lupa adalah kondisi meninggalkan sesuatu tanpa kesengajaan sedangkan lalai adalah dengan kesengajaan. Adanya unsur kesengajaan dan tidak inilah yang menjadikan keduanya jelas berbeda. Dalam Islam ternyata keduanya juga diistilahkan berbeda, lupa adalah an nisyaan lalai adalah al ghoflah.

Lupa kecenderungannya terkait dengan usia, semakin tua usia semakin mudah terjangkit penyakit lupa. Maka berkaitan dengan lupa ada penjelasan hadits bahwa mereka adalah orang-orang yang langsung terampunkan “ Sesungguhnya Allah telah mengampuni dari umatku yaitu kesalahan, kelupaan dan apa yang ia dipaksa melakukannya”. Bagaimana dengan lalai? Ia tidak terkait dengan usia, ia terjadi karena kurangnya perhatian,  kewaspadaan, menyepelekan, dan ada pengaruh godaan syetan didalamnya. Maka ia tidak terampunkan begitu saja  karena ia bukan penyakit melainkan dosa, yang dengan istighfar barulah layak untuk diampunkan oleh Allah.

Waktu yang terus berjalan sejauh ini pastilah kita semua lalui dengan selingan lupa dan lalai. Ini wajar dalam hal kita sebagai manusia tetapi menjadi tidak wajar jika keduanya terus dibiarkan begitu saja, tanpa upaya menyembuhkannya dan sampai akhirnya kita menjadi insan yang mati hati sehingga tidak tahu arah tujuan hidup yang sebenarnya. Bagaimana menyembuhkannya? Jika lupa maka cukuplah dengan memperbanyak mengingat informasi dan mengulang-ulangnya terutama ingat kepada Allah (dzikrulloh) dalam setiap saat dan keadaan kita. Adapun lalai caranya adalah selain dengan dzikrulloh juga dengan memperbanyak berdo’a kepada Allah agar selalu merasa terawasi oleh-Nya (taqorrub ilalloh), membiasakan menunaikan sholat malam (qiyam lail) dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, memperbanyak mengingat mati dan ziarah kubur, banyak berfikir tentang alam dan kehidupan ciptaan Allah (tafakkur alam), dan selalu mengingat nikmatnya surga dan dahsyatnya adzab neraka. (Mufsidaat Al Qulub Li As Syaikh Muhammad Sholih Al Munajjid)

Akhirnya semoga kita semua mampu menjadi manusia penuh koreksi diri sehingga selalu ingat Allah dan terhindar dari lupa dan lalai.

“Dan janganlah kamu menjadi orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik”. (QS Al Hasyr : 19)

 

Ketua Yayasan Aitam

Ahmad Syaifudin